ISMUBA ; RUH SEKOLAH MUHAMMADIYAH
Oleh : wargamu.jabar
PostingMu.com - bilang bedanya manusia dengan jenazah bukan hanya berhentinya gerak organ-organ tubuh vital, melainkan ada hal yang substansial yaitu hilangnya sesuatu yang lebih vital. Meskipun hal itu benar, organ vital semisal jantung, paru-paru dan lain sebagainya adalah menjadi tanda dan ciri manusia hidup atau tidak. Kematian di maknai karena organ tubuh inti atau yang lebih vital sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tapi faktanya, begitu orang membuat sebuah definisi kematian pada individu manusia seperti itu.
Umat Islam meyakini bukan hanya itu saja yang di fahami dan dimaksud kematian pada seorang manusia. Substansi organ yang paling vital yaitu RUH, maka hilangnya ruh dari jasad dimaknai juga sebagai kematian dalam Islam.
Ruh adalah inti penggerak dari sumber hidup dan kehidupan. Kiranya begitulah gambaran dari fungsi dan tujuan dari ruh itu sendiri. Artinya hidup dan kehidupan itu adalah kombinasi yang apik antara jasad dan ruh sehingga semua fungsi organ tubuh mampu memainkan perannya dengan baik dan benar. Kehidupan yang baik itu di gambarkan dalam kondisi sehat jasmani dan sehat ruhani.
Andai boleh di analogikan, lembaga pendidikan atau satuan pendidikan di ibaratkan organ tubuh maka kombinasi sekolah dan kurikulum adalah perpaduan antara jasmani dan ruhani, jasmaninya ialah wujud sekolah itu sendiri dan ruhaninya ialah kurikulum yang digunakan.
Satu abad sudah Muhammadiyah menggerakkan bangsa ini, mencerdaskan, memajukan, dan berusaha mensejahterakan masyarkat melalui sekolah atau pendidikan. Perubahan tentu ada, penetrasi teknologi dalam pembelajaran tentu pasti akan terjadi.
Singkat kata dari era tradisional hingga modern saat ini, tidak dapat di tolak sekarang dunia digital menjadi instrumen wajib di sekolah Muhammadiyah sudah melawati itu semua. Mungkin yang terakhir yang masih di bilang sedikit canggung yakni era “digital”. Era “digital” ini lah yang salah satu yang di tuduh mengkaburkan makna dan fitrah dari sekolah Muhamamdiyah, padahal era tersebut bagian dari dinamika sunnatullah.
Menelisik kebelakang bahwa keunggulan, ciri, karakter, nilai jual, dan sifat dari sekolah Muhammadiyah yakni “ISMUBA”. Dengan khas dan karakteristik kurikulum tersebut semestinya memiliki keunggulan yang dapat di pertanggungjawabkan secara moral maupun instiusional.
Kembali kami tegaskan dalam tulisan ini “ISMUBA” adalah ruh dari sekolah Muhammadiyah itu sendiri. Identitas sekolah Muhammadiyah yaitu ISMUBA yang didesain menjadi capaian pembelajaran siswa di sekolah Muhammadiyah, termasuk di perguruan tinggi. Artinya kemajuan teknologi digital tidak serta merta sekolah dan para pengelola amal usaha pendidikan menjadikan ISMUBA hanya pelengkap kurikulum yang di kembangkan. Pun sama, ketertinggalan sains dan teknologi tidak serta merta meninggalkan kompetensi ISMUBA di sekolah Muhammadiyah.
Kemudian apa pentingnya ISMUBA secara praktis dalam pengembangan kurikulum? Pertanyaannya tidak seperti itu, justru seharusnya, dapat di fahami betul oleh semua pengelola amal usaha pendidikan bahwa bagaimana awal berdirinya ISMUBA di sekolah Muhammadiyah?. Jangan-jangan para pengelola di sekolah tidak sedikit kurang faham sejarah ISMUBA ini lahir disekolah Muhammadiyah.
Perlu di tegaskan, bahwa ISMUBA bukan kurikulum pelengkap di sekolah tapi menjadi kurikulum ruh utama di sekolah Muhammadiyah. Karena ada ISMUBA inilah Sekolah Muhammadiyah berdiri, yang membedakan dengan sekolah yang lainnya.
Kembali muncul ungkapan, lah, kan kita bukan madrasah? Kita kan sekolah di bawah pembinaan Kemendikbud, justru itulah pembeda sekolah Muhammadiyah dengan sekolah yang lain di luar Muhammadiyah.
Tujuan utama sekolah Muhammadiyah ialah mencetak kader intelektual yang menguasai sains, teknologi berlandaskan nilai-nilai ajaran Islam. Maka role model pendidikan idelanya yakni integrasi ISMUBA dengan sains dan teknologi modern. Bukan mengutamakan sains dan teknologi modern dan mengesampingkan ISMUBA hanya sebagai pelengkap kurikulum, melainkan menjadikan RUH pendidikan di Muhammadiyah.
Secara praktis, dalam format sebaran kurikulum di sekolah, ISMUBA dapat di tempatkan pada muatan lokal, namun perlu di fahami sebenarnya kurikulum Nasional Muhammadiyah yang berlaku wajib di sekolah milik persyarikatan di seluruh Indonesia. Akan tetapi inti pembelajaran sesuangguhnya adalah ruh dari kurikulum sekolah itu sendiri.
ISMUBA tidak hanya sebatas mengajarkan hukum sholat dan kaifiyatnya saja, lebih jauh dari itu ia menjadi karakter utama siswa yang memperoleh pengamalan pendidikan di Muhammadiya, sehingga cita-cita idal "pelangsung-penerus-penyempurna” gerakan dakwah Muhammadiyah dapat tercapai dengan optimalisasi pembeelajaran ISMUBA di sekolah, “bukan” menjadi pelengkap kurikulum semata.
Indikator sederhana Keberpihak sekolah pada ISMUBA tercermin dari jumlah jam pembelajaran yang disediakan dalam satu pekan pembelajaran.
Bandung, Januari 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar